Oleh: Murodi al-Batawi

Guru adalah profesi pilihan, karena tidak semua orang bisa menjadi guru . Guru memang tidak bisa diciptakan. Tapi dia terlahir. Itu adalah sepenggal kalimat dari Ki Hajar Dewantoro dahulu, Bapak Guru Indonesia. Tapi sekarang, banyak guru diciptakan lewat lembaga pendidikan, seperti dahulu ada PGA ( Pendidikan Guru Agama), SPG( Sekolah Pendidikan Guru), dan SGO (Sekolah Guru Olahraga). Bahkan dahulu ada IKIP (Institut Ilmu Keguruan dan Pendidikan).

Kemudian semua menjadi universitas, yang memberikan peluang kepada masyarakat untuk menjadi Sarjana dalam bidang di luar ilmu keguruan dan pendidikan. Lembaga-lembaga tersebut memang bisa melahirkan para guru profesional. tetapi apakah menjadi guru merupakan pilihan hati dan jiwa raganya ? Harus ada riset khusus tentang ini. Sepertinya tidak semua yang menjadi guru merupakan profesi pilihan jiwanya. Ada juga mereka yang menjadi guru merupakan pilihan kedua atau ketiga. Bukan pilihan utama. Jadi, sekadar mengisi kekosongan daripada tidak ada pekerjaan sama sekali.

Karenanya, diperlukan standardisasi profesi guru dengan kegiatan sertifikasi guru, sehingga mau tidak mau guru itu terlatih untuk menjadi seorang yang digugu dan ditiru. Mampu mentransfer of knowladge dan memberikan toladan yang baik pada anak didiknya, sehingga anak didiknya menjadi manusia berguna untuk bangsa dan negara.

Guru Pahlawan Berjasa

Kita bisa menulis dan membaca karena jasa guru. Kita bisa menjadi Sarjana, juga karena jasa para guru. Kita menjadi orang penting, juga berkat jasa guru. Tanpa guru, kita bukan siapa-siapa dan tidak akan jadi apa-apa. Karena itu, kita wajib menghormati dan menghargai para guru. Banyak para guru yang mengajar kini, mengajar dengan ikhlas, tanpa meninta inbalan, terutama di daerah pelosok dan tertinggal.

Tanpa dibayar, banyak di antara para guru rela mengajar, meski dirinya juga sangat kekurangan secara materi. Karena mengajar buat mereka adalah pilihan hidup. Mereka ini terpanggil jiwanya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara lewat mengajar.

Mereka, terutama di daerah pedalaman dan tertinggal, terpanggil jiwanya ketika melihat banyak anak yang saatnya belajar, tidak bersekolah, karena kurang fasilitas tenaga pengajar. Mereka ini adalah ibarat obor di tengah malam gelap yang menyinari gelapnya malam.

Para guru ini, sejak pertama kali mengabdikan diri sebagai guru hibgga pensiun, adalah Seorang Pahlaman yang sangat berjasa. Istilah popular untuk ini di Indonesia sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Mereka manudia yang sabgat berjasa, tapi jasanya kurang dihargai oleh penerintah dan masyarakat Indonesia.

Mestinya setiap daerah disediakan Taman Makan Pahlawan untuk para guru yang sudah sabgat berjasa bagi perkembangan anak bangsa.

Belajar dari Negeri Jepang dan Polandia

Jepang dan Pondia merupakan dua negara yang bisa kita jadikan sebagai contoh pendidikan terbaik. Para guru dan peserta didik mendapatkan marwah yang luar biasa. Mereka dihormati sebagai manusia berharga. Hubungan guru murid, sangat baik.

Tidak ada guru yang dipidanakan karena ada kasus saat anaknya dididik di sekolah. Murid-murid sangat disiplin dan menghirmat guru. Jika ada masalah di sejikah hanoir bisa dipastikan tidak ada delik pengaduan. Tidak seperti di Indonesia.

Di Indonesia, jika ada anak difik yang dimarahi oleh guru, si anaj mengadu ke orang tua da kemudian orang tua datang ke sekolah sambil marah dan mengadukan guru ke pihak berwajib, sehingga para guru menjadi tersangka dan ditahan, seperti kasus seorang guru honorer perempuan yang dipenjara karena orang tua murid seorang pejabat. Hal ini tidak ajan terjadi di Jepang dan Polandia.

Guru dan Perilaku Peserta Didik

Dahulu sewaktu saya bersekolah, jika saya dianggap nakal dan melanggar peraturan di sekokah, kemuian saya disetrap, tidak pernah saya mengadukan ke orang tua. Kalau toh saya mengadu, orang tua malah marah dan semakin keras akibat yang saya terima.

Karena itu, saya tidak pernah mengadu sama sekali ke orang tua. Orang tua dahulu punya prinsip, jika kita sudah diserahkan ke pihak sekokah, maka apapun yang terjadi, itu urusan sekolah. Bukan urusan orang tua. Orabg tua tidak boleh ikut campur urusan sekolah. Mereka percaya semua guru pasti baik dan mengajarkan kebaikan. Kalau ada kasus pasti kasus tersebut anaknya yang disalahkan.

Bukan pihak sekolah ataupun para guru. Sebaiknya, pihak orangvtua jangan sesekali ijut campur urusan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Serahkan saja semua persoalan pada pihak sekolah. Ketuka di rumah dan masyarakat, maka pendidikan seoenuhnya menjadi tanggungjawab orang tua. Terlebih di Hari Guru Nasional ini, kita mencoba introspeksi diti betapa susahnya menjadi guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran pada peserta didik kit.

Sekali lagi, kami mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional. Berjat jada para Bapak dan Ibu Guru Kita bisa menjadi orang terbaik. Untuk para Gutu yang sudah anunerta(wafat), kita kirimkan do’a dan membaca al-fatihah. InsyaAllah Surga tempat terbaikmu. Aamiiin.

Murodi al-Batawi.





Source link